Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Resensi : Honey Si Peri Permen

Halo haloo! Balik lagi sama saya, hehe. Berbeda dengan sebelumnya yang berupa gambar dan puisi, kali ini tim Literasi 68 meminta resensi buku. Dan saya membawa resensi buku fiksi, yeay!! —Gak sih, biasa saja. Oke. Jadi buku ini berjudul ' Honey Si Peri Permen ' edisinya Rainbow Magic : Para Peri Pesta. Ditulis oleh Daisy Meadows dan diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Bukunya tipis kok, cuma 75 halaman. Bercerita tentang dua orang anak perempuan yang bernama Rachel dan Kirsty. Mereka pergi ke toko permen milik Nyonya Twist untuk pergi membeli kembang gula nenek. Tapi saat mereka tiba di sana, mereka melihat Nyonya Twist bersedih. Ternyata, hampir semua permen yang akan dijual hari itu melumer! Oh, tidak! Padahal toko akan dibuka sebentar lagi. Mereka mencari tahu apa yang terjadi dengan permen-permen Nyonya Twist. Lalu, saat melihat jejak kaki kecil di atas permukaan permen cokelat yang melumer— itu pasti ulah goblin ! Di detik berikutnya m...

My Superheroo

안녕! Ya, bagi yang gak ngerti, saya beri tahu itu bacanya, "Halo!" Ungkapan bahasa Korea yang biasanya digunakan untuk menyapa atau mengucap selamat tinggal. Sekilas saja, sekilas. Balik ke topik, oke. Jadi, saya diberi tugas oleh tim literasi 68 untuk membuat superhero, inspirasinya dari para pahlawan nasional. Waduh, saya bingung ini. Udah mana saya gak bisa gambar kan. Tapi setelah saya coba—dan semoga saja hasilnya gak buruk. Maka jadilah seperti ini! ENG ING ENG *drum roll* TADAA!! Iya iya—saya tahu ini jelek sekali, huhuhu. Tapi namanya juga usaha. Dan dia namanya adalah The Revive Hero, artinya pahlawan yang bangkit kembali. Random sih, tapi itu masih lebih baik daripada saya beri nama Jimin, atau Hoseok, atau—oke cukup. Tapi yang terpikir di otak saya begitu ingin menggambar tokoh ini adalah; bagaimana jadinya kalau semua pahlawan Indonesia dari berbagai periode gabung menjadi satu? Dan ini hasil pemikiran saya. Bisa dilihat, dia menggenggam sebuah ...

Jika Kita Adalah Musim

Jika kita adalah musim, Aku mungkin musim dingin, Orang tuaku mungkin musim panas Jika kalian adalah musim, Ibu mungkin musim semi, Dan ayah mungkin musim gugur Satu panah dilecut untuk satu cacatku Membara seperti terik matahari di musim panas Dan aku mungkin tak pernah peduli, Sama seperti salju yang turun di musim dingin Nyatanya, ibu adalah musim semi Satu ujud keindahan dan kelembutan Dewi berselendang kehangatan Dan ayah tetaplah musim gugur Sang raja bermahkotakan daun gugur, Berjubah dingin yang menusuk tulang Namun, kehangatan itu riil dalam nadinya Kita memang seperti magnet, Kadang tarik-menarik, tapi sering bertolak Tak pernah ada juga musim dalam satu waktu yang sama, Faktanya, kita ada dalam satu bingkai yang sama Terbingkai satu kehangatan yang mutlak adanya Terhubung satu benang merah yang sama —Evelyn Natasha