Hari itu matahari cerah, terik—sama sekali gak ada tanda-tanda hujan akan turun, padahal ini musim hujan. Sama sekali beda sama kemarin hari yang mendung seharian.
Lihat jam, malah bikin mendengus. Jam pulang masih lama, para siswa sudah bosan belajar hari ini. Apalagi terakhir pelajaran Sejarah Indonesia.
Ngantuk-ngantuk, deh.
Tambah lagi hari ini jadwalnya kerja kelompok. Pasalnya, cewek satu ini—Rena—malas sekali kalau sudah kerkom. Kerja kelompok yang seharusnya jadi forum diskusi tugas, malah berubah fungsi jadi forum gossip. Atau forum bercanda. Ya, pokoknya, malah jadi ngobrol gitu lah.
Baru saja para siswa masuk kelas selesai cuci perlengkapan melukis pas pelajaran Seni Budaya, Ibu Tika—guru Sejarah sudah masuk saja. Yakin deh, kalau wajah para siswa itu diartikan mungkin akan mengatakan; malas banget, ya ampun.
Rena pun termasuk salah satunya.
Tapi mau bagaimana lagi, kalau bukan demi nilai dan absensi, juga persentase naik kelas—Rena mana mau! Mending bolos ke ruang kesehatan atau ke kantin, sekalian ngaso.
Untung Rena ini anak teladan, ya.
Begitu semua anak siap, tanpa basa-basi lagi Bu Tika langsung menyuruh mereka kumpul dalam kelompok yang sudah ditentukan. Yang pastinya dituruti anak-anak dengan ogah sekali. Ada yang jalan pelan sekali—malas, ada yang tetap duduk di tempatnya—lebih malas lagi.
Rena termasuk yang terakhir itu, tetap duduk di tempat dan membiarkan teman sekelompoknya yang menghampiri.
"Jadi mau kerajaan yang mana?" tanya Rena begitu teman sekelompoknya sudah kumpul semua; Aldio, Alheza, Varell, Miki, dan yang terakhir Heli. Mereka memang disuruh presentasi tentang Kerajaan Islam dalam kelompok.
"Terserah, pilihin aja,"
"Bener, ya? Ntar tak kasih yang banyak, malah protes."
"Rena, aku mau Demak aja!"
"Ah, aku udah pilih Demak duluan!"
"Aku mau Mataram!"
Begitulah sahut-sahutan di kelompok mereka. Rena mah diam saja, tinggal tulis apa yang mereka mau. Kalau sudah Rena yang menangani kelompok itu, dijamin semuanya aman terkendali.
Miki sudah kembali ke tempatnya, begitu juga Heli. Tinggal tiga cowok itu yang masih berebut pilih kerajaan untuk dipresentasikan. Aldio dan Alheza yang memang kelebihan hormon, memilih kerajaan sambil jingkrak-jingkrak tidak jelas.
Rena tak habis pikir dengan jalan pikiran Aldio. Dia kan punya tubuh besar, bagaimana kalau pas dia jingkrakan begitu, lantainya malah bergetar? Atau lebih parahnya, bagaimana kalau lantainya hancur ke bawah?
Haduh! Badan Aldio kan tidak sebesar itu!
Memang dikira gajah apa sampai bisa meruntuhkan bangunan? Kurang ajar.
Tapi memang Aldio yang jingkrakan begitu malah membuat Rena risih, sih. "Al, jangan lompat-lompat! Ngapain sih, kamu?!" marah Rena kesal. Habisnya memang lantai serasa bergoyang setelah Duo Al jingkrakan begitu.
Walaupun nyatanya Aldio dan Alheza sekarang sudah berhenti, lantainya masih bergoyang. Kali ini sepertinya tambah parah, tambah kencang.
Lalu, kami sadar kalau itu—
"EH GEMPA!"
__________
Oke, satu hutang lunas! Harusnya ini di posting sekitar bulan Januari atau Februari gitu, saya lupa. Tapi malah ngaret sampai bulan ini huhu.
BTW, ini short fic dari kejadian nyata di kelas saya. Sekian dan terima kasih!
Komentar
Posting Komentar